Embryo escort Young Researchers in East Java

Kamis, 03 Desember 2009


Mengawal Embrio Peneliti Muda Jawa Timur
Oleh AGUS SAKTI

Rasio peneliti di Indonesia berkisar 4,7% per 10.000 penduduk. Kita tertinggal jauh dengan Singapura, mereka memiliki jumlah peneliti 48,7% per 10.000 penduduk. Di negera Jepang, hampir semua warganya merupakan seorang peneliti. Sebab, ada sekitar 70,7% per 10.000 penduduk negeri matahari ini berprofesi sebagai peneliti. Ini menunjukkan betapa minat menjadi seorang peneliti di Indonesia terlampau kecil.
Kegiatan penelitian merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sebuah ilmu. Sebaliknya, tanpa ada laku penelitian sebuah ilmu tidak akan berkembang dan cenderung mengalami stagnasi, mandek. Padahal, terbukanya kran globalisasi dan kemajuan teknologi menuntut banyak perubahan dan perkembangan di segala sektor kehidupan.

Tak terkecuali sektor pendidikan, keilmuan yang ada di dalamnya harus lebih adaptif dan relevan dengan kondisi riil saat ini. Kemandekan perkembangan keilmuan multidisiplin berkorelasi positif dengan tidak adanya postulat-postulat dan penemuan baru yang relevan dengan kondisi saat ini. Dalam hal ini, bukan berarti teori dan dalil-dalil keilmuan konvensional tidak lagi bermanfaat akan tetapi konsep teori yang sudah dianggap mapan sudah usang karena tidak lagi relevan dengan kenyataan yang terus berubah.
Jika dirilis lebih jauh ke belakang tentang pendidikan di Indonsia, sistematika pembekalan teori kepada peserta didik saat ini lebih banyak mengedepankan dimensi transfer ilmu (pengetahuan). Sebaliknya, aspek internalisasi dan amaliah (implementasi) belum banyak tergarap. Selain itu, model pendidikan saat ini memiliki orientasi terhadap peningkatan kualitas individu secara optimal dan mampu berkompetisi dengan yang lain. Akan tetapi, nilai-nilai kooperatif dan kolaboratif sebagai karakteristik dari masyarakat paguyuban (gameinschaft) sudah mulai ditinggalkan.
Dalam sebuah logika filsafat progressivisme hal ini dikenal dengan tipologi kehidupan modernis. Akan tetapi, lebih menonjolkan aspek individual dan acuh terhadap tanggung jawab masyarakat. Dalam konsep pendidikan yang humanis, hal tersebut tidak berbeda jauh dengan model learning to know, learning to do, learning to be, dan tidak mengarah pada learning to live together. Oleh karena itu, selain melakukan proses implementasi sebuah teori, aksi penelitian sejatinya memiliki kontribusi besar sebagai investasi sosial. Sebab, belajar untuk hidup bersama tidak bisa mengabaikan nilai-nilai kooperatif dan kolaboratif. Dan nilai tersebut merupakan salah satu bagian pembelajaran dalam sebuah penelitian.
Rasio peneliti
Proporsi peneliti di negara kita memang sangat sedikit jika dibandingkan dengan negara lain. Dr. Zaenal Fanani, Dosen Pascasarjana Unair, Surabaya, menjelaskan bahwa rasio peneliti di Indonesia hanya 4,7% per 10.000 penduduk. Satu peringkat di atasnya ada Korea Selatan, terdapat 29,2% dengan rasio yang sama. Negara tetangga, Singapura, memiliki 48,7% jumlah peneliti, dan negeri matahari, Jepang, memiliki daya beda yang teramat jauh dengan negara kita, 70,7% jumlah peneliti dari 10.000 penduduk.
Betapa rendahnya jumlah peneliti di negeri ini. Padahal, seiring berlangsungnya arus globalisasi perkembangan di semua sektor terus meningkat, termasuk keilmuan. Rendahnya jumlah peneliti saat ini berkorelasi signifikan dengan kulitas sumber daya manusia. Asumsi jumlah peneliti yang rendah di Indonesia juga dipengaruhi oleh sumbangsih pemerintah dalam pengeluaran alokasi dana penelitian melalui APBN. Asumsi dana penelitian di Indonesia sebesar 0,05% dari rasio APBN, ini merupakan salah satu pengaruh besar terhadap rendahnya jumlah peneliti. Kita tertinggal dengan Jepang, mereka memiliki asumsi pendanaan 3,1% dari rasio APBN.
Rendahnya jumlah peneliti dan minimnya asumsi dana penelitian dari negara merupakan sebuah hambatan pragmatis. Sejatinya, secara ideologis hal tersebut tidak terlalu prinsip, sebab banyak jalan menuju roma. Di Korea Selatan, 80% sumber pendanaan penelitian dibiayai oleh pihak swasta, 16% oleh negara dan sisanya secara mandiri. Pertanyaannya, seberapa besar minat sivitas akademika melakukan sebuah penelitian?
Peran mahasiswa
Mahasiswa sebagai agent of social control memiliki kewajiban untuk merencanakan dan meregulasi serta merekomendasikan solusi terbaik demi teciptanya tatanan masyarakat. Sebagai agent of change seharusnya mahasiswa peka terhadap beberapa perubahan dan fenomena kehidupan. Termasuk di antaranya ihwal penelitian ilmiah dalam atmosfer keilmuan. Penelitian yang dimaksud tidak bersifat temporal seperti pembuatan skripsi, tesis maupun disertasi. Akan tetapi, upaya penelitian yang dilakukan mahasiswa diharapkan berlangsung secara eksidental, kontinu dan berkesinambungan.
Untuk mendukung upaya penelitian yang dulakukan mahasiswa dibutuhkan sebuah wadah struktural yang mampu mengakomodir beberapa kebutuhan mereka. Kebutuhan itu di antaranya adalah fasilitas, pemahaman terhadap batasan-batasan penelitian dan jaringan atau networking, bahkan jika perlu harus menciptakan iklim kompetisi di antara sesama mahasiswa. Dalam bahasa yang lebih sederhana, mahasiswa membutuhkan unit kegiatan yang fokus menggarap sebuah penelitian.
Di Jawa Timur sendiri ada beberapa jumlah unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang fokus dan membawa orientasi organisasinya sebagai sebuah struktur organisasi yang berproses dalam dunia penelitian. Forum Diskusi Mahasiswa Penalaran (Fordimapelar) Universitas Airlangga, Unit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa (UKIM) Universitas Negeri Surabaya, Forum Diskusi Mahasiswa Penalaran (Fordimapelar) Universitas Brawijaya, Lembaga Kajian, Penelitian dan Pengmbangan Mahasiswa (LKP2M) UIN Malang dan Kelompok Studi Penelitian Ekonomi (KSPE) Universitas Negeri Jember.
Unit kegiatan mahasiswa yang terdapat pada beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur tersebut merupakan media kawah candradimuka para peneliti muda. Ini merupakan sinyal positif yang seharusnya direspon pemerintah melalui departemen riset dan teknologi serta Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Spirit ini merupakan upaya untuk mengembangkan keilmuan lebih optimal di wilayah Jatim. Dengan adanya kegiatan penelitian mahasiswa yang massif, bisa jadi Jatim menjadi pintu gerbang lahirnya para cendekia, ilmuan dan gudang pengetahuan. (*)

0 komentar:

Posting Komentar